0
komentar
Resensi Novel LASKAR PELANGI
.
Resensi Novel Laskar Pelangi Lengkap
Ringkasan Cerita Novel Laskar
Pelangi
SD Muhammadiyah tampak begitu rapuh
dan menyedihkan dibandingkan dengan sekolah-sekolah PN Timah (Perusahaan Negara
Timah). Mereka tersudut dalam ironi yang sangat besar karena kemiskinannya
justru berada di tengah-tengah gemah ripah kekayaan PN Timah yang
mengeksploitasi tanah ulayat mereka.
Kesulitan terus menerus membayangi
sekolah kampung itu. Sekolah yang dibangun atas jiwa ikhlas dan kepeloporan dua
orang guru, seorang kepala sekolah yang sudah tua, Bapak Harfan Efendy Noor dan
ibu guru muda, Ibu Muslimah Hafsari, yang juga sangat miskin, berusaha
mempertahankan semangat besar pendidikan dengan terseok-seok. Sekolah yang
nyaris dibubarkan oleh pengawas sekolah Depdikbud Sumsel karena kekurangan
murid itu, terselamatkan berkat seorang anak idiot yang sepanjang masa
bersekolah tak pernah mendapatkan rapor.
Sekolah yang dihidupi lewat uluran
tangan para donatur di komunitas marjinal itu begitu miskin: gedung sekolah
bobrok, ruang kelas beralas tanah, beratap bolong-bolong, berbangku seadanya,
jika malam dipakai untuk menyimpan ternak, bahkan kapur tulis sekalipun terasa
mahal bagi sekolah yang hanya mampu menggaji guru dan kepala sekolahnya dengan
sekian kilo beras, sehingga para guru itu terpaksa menafkahi keluarganya dengan
cara lain. Sang kepala sekolah mencangkul sebidang kebun dan sang ibu guru menerima
jahitan.
Kendati demikian, keajaiban seakan
terjadi setiap hari di sekolah yang dari jauh tampak seperti bangunan yang akan
roboh. Semuanya terjadi karena sejak hari pertama kelas satu sang kepala
sekolah dan sang ibu guru muda yang hanya berijazah SKP (Sekolah Kepandaian
Putri) telah berhasil mengambil hati sebelas anak-anak kecil miskin itu.
Dari waktu ke waktu mereka berdua
bahu membahu membesarkan hati kesebelas anak-anak tadi agar percaya diri,
berani berkompetisi, agar menghargai dan menempatkan pendidikan sebagai hal
yang sangat penting dalam hidup ini. Mereka mengajari kesebelas muridnya agar
tegar, tekun, tak mudah menyerah, dan gagah berani menghadapi kesulitan sebesar
apapun. Kedua guru itu juga merupakan guru yang ulung sehingga menghasilkan
seorang murid yang sangat pintar dan mereka mampu mengasah bakat beberapa murid
lainnya. Pak Harfan dan Bu Mus juga mengajarkan cinta sesama dan mereka amat
menyayangi kesebelas muridnya. Kedua guru miskin itu memberi julukan kesebelas
murid itu sebagai para Laskar Pelangi.
Keajaiban terjadi ketika sekolah
Muhamaddiyah, dipimpin oleh salah satu laskar pelangi mampu menjuarai karnaval
mengalahkan sekolah PN dan keajaiban mencapai puncaknya ketika tiga orang anak
anggota laskar pelangi (Ikal, Lintang, dan Sahara) berhasil menjuarai lomba
cerdas tangkas mengalahkan sekolah-sekolah PN dan sekolah-sekolah negeri. Suatu
prestasi yang puluhan tahun selalu digondol sekolah-sekolah PN.
Tak ayal, kejadian yang paling
menyedihkan melanda sekolah Muhamaddiyah ketika Lintang, siswa paling
jenius anggota laskar pelangi itu harus berhenti sekolah padahal cuma
tinggal satu triwulan menyelesaikan SMP. Ia harus berhenti karena ia anak
laki-laki tertua yang harus menghidupi keluarga, sebab ketika itu ayahnya
meninggal dunia.
Belitong kembali dilanda ironi yang
besar karena seorang anak jenius harus keluar sekolah karena alasan biaya dan
nafkah keluarga justru disekelilingnya PN Timah menjadi semakin kaya raya
dengan mengekploitasi tanah leluhurnya.
Meskipun awal tahun 90-an sekolah
Muhamaddiyah itu akhirnya ditutup karena sama sekali sudah tidak bisa membiayai
diri sendiri, tapi semangat, integritas, keluruhan budi, dan ketekunan yang
diajarkan Pak Harfan dan Bu Muslimah tetap hidup dalam hati para laskar
pelangi. Akhirnya kedua guru itu bisa berbangga karena diantara sebelas orang
anggota laskar pelangi sekarang ada yang menjadi wakil rakyat, ada yang menjadi
research and development manager di salah satu perusahaan multi nasional paling
penting di negeri ini, ada yang mendapatkan bea siswa international kemudian
melakukan research di University de Paris, Sorbonne dan lulus S2 dengan
predikat with distinction dari sebuah universitas terkemuka di Inggris.
Semua itu, buah dari pendidikan
akhlak dan kecintaan intelektual yang ditanamkan oleh Bu Mus dan Pak Harfan.
Kedua orang hebat yang mungkin bahkan belum pernah keluar dari pulau mereka
sendiri di ujung paling Selatan Sumatera sana.
Contoh resensi
1. Identitas Novel Laskar Pelangi
Judul : Laskar Pelangi
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang
Kota Tempat Terbit : Jl. Pandega Padma 19, Yogyakarta
Tahun Terbit : Cetakan III, Juli 2007
Tebal halaman : 533 halaman termasuk juga tentang penulis
Harga : Rp.69.000,-
Judul : Laskar Pelangi
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang
Kota Tempat Terbit : Jl. Pandega Padma 19, Yogyakarta
Tahun Terbit : Cetakan III, Juli 2007
Tebal halaman : 533 halaman termasuk juga tentang penulis
Harga : Rp.69.000,-
2. Tujuan Meresensi Novel
Banyak orang (teman-teman) yang telah mengatakan bahwa buku ini bagus kepada saya, maka dari itu saya menjadi penasaran dan ingin membacanya. Setelah saya baca ternyata buku ini tidak hanya sekedar bagus tetapi “sangat bagus”, karena di dalamnya banya terdapat pelajaran yang dapat kita ambil tentang keagamaan, persahabatan yang luar biasa, cinta pertama yang indah, ketegaran hidup, bahkan makna sebuah takdir yang tidak bisa kita tebak.
Banyak orang (teman-teman) yang telah mengatakan bahwa buku ini bagus kepada saya, maka dari itu saya menjadi penasaran dan ingin membacanya. Setelah saya baca ternyata buku ini tidak hanya sekedar bagus tetapi “sangat bagus”, karena di dalamnya banya terdapat pelajaran yang dapat kita ambil tentang keagamaan, persahabatan yang luar biasa, cinta pertama yang indah, ketegaran hidup, bahkan makna sebuah takdir yang tidak bisa kita tebak.
3. Pokok-pokok Isi Novel (Unsur Instrinsik)
a. Tema
Persahabatan sepuluh anak yaitu Ikal, Mahar, Lintang, Harun, Syahdan, A Kiong, Trapani, Borek, Kucai dan satu-satunya wanita di kelas mereka, Sahara dari orang kecil yang mempunyai cita-cita yang tinggi dengan bersekolah di pendidikan rakyat kecil Sekolah Muhamadiyah.
Persahabatan sepuluh anak yaitu Ikal, Mahar, Lintang, Harun, Syahdan, A Kiong, Trapani, Borek, Kucai dan satu-satunya wanita di kelas mereka, Sahara dari orang kecil yang mempunyai cita-cita yang tinggi dengan bersekolah di pendidikan rakyat kecil Sekolah Muhamadiyah.
b. Tokoh dan Perwatakan
Kucai : benyak bicara.
Sahara : keras kepala, cerdas dan baik hati.
A kiong : baik dan sedikit aneh.
Harun : baik.
Kucai : benyak bicara.
Sahara : keras kepala, cerdas dan baik hati.
A kiong : baik dan sedikit aneh.
Harun : baik.
Aku sebagai ikal
: tidak
mudah putus asa.
Ayah ku/ayah ikal : baik hati.
Pak K.A. Harpan Noor : baik hati, ramah dan sabar.
Borek : nakal.
Ayah ku/ayah ikal : baik hati.
Pak K.A. Harpan Noor : baik hati, ramah dan sabar.
Borek : nakal.
Ibu N.A. muslimah Hafsari : sabar,
baik.
Lintang : pantang menyerah.
Mahar : imajinatif dan cerdas.
Trapani : manja dan cerdas.
Lintang : pantang menyerah.
Mahar : imajinatif dan cerdas.
Trapani : manja dan cerdas.
c. Alur
Di dalam novel ini memakai alur maju.
Di dalam novel ini memakai alur maju.
d. Sudut Pandang
Memakai kata ganti orang pertama tunggal atau memakai akuan sertaan, karena dalam penceritaan novel penulis menggunakan kata aku.
Memakai kata ganti orang pertama tunggal atau memakai akuan sertaan, karena dalam penceritaan novel penulis menggunakan kata aku.
e. Gaya Bahasa
Di sini saya tidak mengetahui gaya bahasanya, karena ada kata-kata yang sulit untuk dipahami atau dapat kita mengerti. Hal ini dikarenakan untuk menyesuaikan bahasa berdasarkan tempat yang diceritakan yaitu di Bangka Belitong, daerah terpencil yang belum meluas bahasanya.
Di sini saya tidak mengetahui gaya bahasanya, karena ada kata-kata yang sulit untuk dipahami atau dapat kita mengerti. Hal ini dikarenakan untuk menyesuaikan bahasa berdasarkan tempat yang diceritakan yaitu di Bangka Belitong, daerah terpencil yang belum meluas bahasanya.
f. Latar (Setting)
Tempat : di sekolah, di bawah pohon, di gua, dan di rumah.
Suasana : menyenangkan, menyedihkan, dan menegangkan.
Kapan : siang hari, sore hari, dan malam hari.
Tempat : di sekolah, di bawah pohon, di gua, dan di rumah.
Suasana : menyenangkan, menyedihkan, dan menegangkan.
Kapan : siang hari, sore hari, dan malam hari.
4. Keunggulan Novel
a. Organisasi
Dalam hal organisasi novel ini, hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain harmonis dan dapat menimbulkan rasa penasaran pembaca. Karena dalam penceritaan isi novel tidak berbelit-belit.
Dalam hal organisasi novel ini, hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain harmonis dan dapat menimbulkan rasa penasaran pembaca. Karena dalam penceritaan isi novel tidak berbelit-belit.
b. Isi
Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit dan cita-cita yang gagah berani dalam kisah tokoh utama buku ini Ikal, akan menuntun kita dengan semacam keanggunan dan daya tarik agar kita dapat melihat ke dalam diri sendiri dengan penuh pengharapan, agar kita menolak semua keputusasaan dan ketakberdayaan kita sendiri.
Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit dan cita-cita yang gagah berani dalam kisah tokoh utama buku ini Ikal, akan menuntun kita dengan semacam keanggunan dan daya tarik agar kita dapat melihat ke dalam diri sendiri dengan penuh pengharapan, agar kita menolak semua keputusasaan dan ketakberdayaan kita sendiri.
c. Bahasa
Bahasa yang digunakan tidak berbelit-belit walaupun ada kata-kata yang kita tidak tahu maknanya dan yang belum dapat kita pahami, dikarenakan cerita menyesuaikan tempat daerah Belitong.
Bahasa yang digunakan tidak berbelit-belit walaupun ada kata-kata yang kita tidak tahu maknanya dan yang belum dapat kita pahami, dikarenakan cerita menyesuaikan tempat daerah Belitong.
5. Nilai-nilai Novel (Unsur
Ekstrinsik)
Kita dapat mengambil pelajaran bahwa bagaimanapun hidup yang kita jalani, kita harus senantiasa bersyukur. Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit cita-cita yang tingggi. Pada dasarnya kemiskinan tidak berkorelasi/berinteraksi langsung dengan kebodohan atau kegeniusan. Banyak sekali pelajaran yang dapat kita teladani dari novel tersebut seperti keagamaan, moral, cinta pertama yang indah, ketegaran hidup, bahkan makna sebuah takdir yang tidak bisa kita tebak. Selain itu kita dapat mencontoh tokoh-tokoh yang dapat diteladani seperti tokoh-tokoh manusia sederhana, jujur, tulus, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakal, takwa, dan sebagainya.
Kita dapat mengambil pelajaran bahwa bagaimanapun hidup yang kita jalani, kita harus senantiasa bersyukur. Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit cita-cita yang tingggi. Pada dasarnya kemiskinan tidak berkorelasi/berinteraksi langsung dengan kebodohan atau kegeniusan. Banyak sekali pelajaran yang dapat kita teladani dari novel tersebut seperti keagamaan, moral, cinta pertama yang indah, ketegaran hidup, bahkan makna sebuah takdir yang tidak bisa kita tebak. Selain itu kita dapat mencontoh tokoh-tokoh yang dapat diteladani seperti tokoh-tokoh manusia sederhana, jujur, tulus, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakal, takwa, dan sebagainya.
6.Sinopsis
Diawali saat SD Muhammadiyah,
sekolah kampung di Belitong dengan fasilitas yang sangat terbatas bahkan minus,
membuka pendaftaran untuk murid baru kelas satu. Hingga saat2 terakhir
pendaftaran hanya 9 orang anak yang mendaftar dan siap masuk kelas di hari
pertama. Padahal sekolah reot ini sudah diancam untuk membubarkan diri jika
murid barunya kurang dari 10 orang.
Di kalangan bawah, menyekolahkan
anak berarti mengikatkan diri pada beban biaya yang harus ditanggung selama
bertahun2. Dan tertutupnya kesempatan untuk mempekerjakan si anak secara penuh
waktu demi membantu mengurangi beban hidup yang semakin berat.
Jika tak ada Harun, seorang anak
berusia 15 tahun dengan keterbelakangan mental, yang disekolahkan oleh ibunya
agar tidak cuma mengejar anak ayam di rumah, tentu tidak pernah terjadi kisah
ini. Ikal tidak akan pernah bertemu, berteman satu kelas dengan Lintang, Mahar,
Syahdan, A Kiong, Kucai, Borek alias Samson, Sahara, Trapani, dan Harun. Tidak
akan pernah bertemu Bu Muslimah, guru penuh kasih namun penuh komitmen untuk
mencerdaskan anak didiknya. Dan tidak akan pernah ada Laskar Pelangi, yang di
musim hujan selalu melakukan ritual melihat pelangi sore hari dengan bertengger
di dahan2 pohon filicium yang ada di depan kelas mereka.
Selanjutnya dikisahkan ragam
kejadian yang penuh suka dan duka dari kesepuluh anak anggota Laskar Pelangi.
Nantinya di tengah cerita Laskar Pelangi mendapat anggota kesebelas, anggota
wanita kedua, Flo.
Berkisah tentang Lintang, anak super
genius didikan alam, yang rumahnya berjarak 40 km dari sekolah dan dilaluinya
dengan bersepeda setiap hari tanpa mengeluh. Bahkan ketika suatu hari rantai
sepedanya putus, dia rela berjalan kaki menuntun sepedanya ke sekolah. Dan
merasa bahagia karena masih mendapat kesempatan ikut menyanyikan Padamu Negeri
di jam pelajaran terakhir…. *merinding*… (jaman SMP aku sempat kagum dengan
teman2 yang setiap harinya mengayuh sepeda dari rumahnya yang berjarak 10 km
dari sekolah, demi bisa menuntut ilmu di SMP Negeri yang baru ada di kota
kecamatan… tapi ternyata itu belum ada apa2nya).
Berkisah tentang Mahar anak genius
berikutnya, tapi yang satu ini genius dalam bakat seni. Berkisah tentang
rutinitas membeli kapur tulis di toko yang jauh dari sekolah dan berbau busuk,
menggiring ke kisah cinta pertama Ikal kepada A Ling yang berkuku indah.
Tentang keberhasilan mereka mengangkat nama SD Muhammadiyah yang selama ini
selalu dianggap remeh dalam acara karnaval 17 Agustus dan lomba cerdas-cermat.
Tentang cita-cita Ikal. Tentang hilangnya Flo. Tentang petualangan mistis ke
Pulau Lanun menemui Tuk Bayan Tula bersama Flo dan Mahar. Dan bagian pertama
ini ditutup dengan kesedihan mendalam yang sangat mengharukan saat Laskar
Pelangi harus merelakan perginya seorang teman yang kurang beruntung…
Bagian pertama itu mengambil rentang
waktu dari hari pertama Laskar Pelangi masuk kelas satu Sekolah Dasar
Muhammadiyah hingga empat bulan menjelang Ebtanas SMP di gedung sekolah yang
sama dengan orang2 yang sama (tambah Flo tentunya).
Pada bagian kedua, kisah ini
melompat dua belas tahun kemudian saat Laskar Pelangi telah menjadi sosok2
dewasa yang harus berjuang menggapai peruntungannya dalam kehidupan nyata.
Masing2 menjalani suratan hidupnya yang sudah ditetapkan. Ada yang berjalan
sesuai cita2nya, ada yang tidak terduga lompatannya, ada juga yang menyerah
pada nasib yang sudah tergambar jelas sejak dahulu.
Dan akhirnya pun mereka semua dengan
perjuangan yang keras dan gigih dapat mendapatkan apa yang mereka cita-citakan.
7. Biografi Penulis
Andrea Hirata Seman Said Harun lahir
di pulau Belitung 24 Oktober 1982, Andrea Hirata sendiri merupakan anak keempat
dari pasangan Seman Said Harunayah dan NA Masturah. Ia dilahirkan di sebuah
desa yang termasuk desa miskin dan letaknya yang cukup terpelosok di pulau
Belitong. Tinggal di sebuah desa dengan segala keterbatasan memang cukup
mempengaruhi pribadi Andrea sedari kecil. Ia mengaku lebih banyak mendapatkan
motivasi dari keadaan di sekelilingnya yang banyak memperlihatkan
keperihatinan. Nama Andrea Hirata sebenarnya bukanlah nama pemberian dari kedua
orang tuanya. Sejak lahir ia diberi nama Aqil Barraq Badruddin. Merasa tak
cocok dengan nama tersebut, Andrea pun menggantinya dengan Wadhud. Akan tetapi,
ia masih merasa terbebani dengan nama itu. Alhasil, ia kembali mengganti
namanya dengan Andrea Hirata Seman Said Harun sejak ia remaja.
Sumber:
Resensi Novel
Judul
Resensi
: PERJUANGAN ANAK PULAU BELITONG
Identitas Novel
Judul Novel : Laskar Pelangi
Penulis : Andrea Hirata Seman Said Harun
Penerbit : Bentang Pustaka
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2007
Tebal halaman : 533 halaman
Judul Novel : Laskar Pelangi
Penulis : Andrea Hirata Seman Said Harun
Penerbit : Bentang Pustaka
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2007
Tebal halaman : 533 halaman
Latar Belakang Penulis
Andrea Hirata, lahir di Belitong.
Meskipun studi mayornya ekonomi, ia amat menggemari sains dan sastra. Edensor
adalah novel ketiganya setelah novel-novel best seller Laskar Pelangi
dan Sang Pemimpi. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai akademisi dan backpacker.
Ia mendapat beasiswa untuk kuliah di Paris, Perancis. Saat ini Andre
tinggal di Bandung dan masih bekerja di kantor pusat PT. Telkom. Hobinya naik
komidi putar. Komunikasi dengan Andrea dapat melalui www.Andrea-Hirata.com.
Pokok-pokok Isi Novel (Unsur Instrinsik)
a. Tema
Persahabatan sepuluh anak Belitong
Persahabatan sepuluh anak Belitong
b. Tokoh dan Perwatakan
Aku sebagai ikal : tidak mudah putus asa dan tegar.
Ayah ku/ayah ikal : baik hati dan bijaksana.
Pak K.A. Harpan Noor : baik hati, ramah dan sabar.
Ibu N.A. muslimah Hafsari : sabar, baik hati dan penyayang.
Lintang : pantang menyerah dan cerdas.
Mahar : kreatif, imajinatif dan cerdas.
Trapani : manja dan cerdas.
Kucai : hiperaktif, susah diatur dan benyak bicara
Sahara : keras kepala, cerdas dan baik hati.
A kiong : baik dan sedikit aneh.
Harun : baik tetapi agak keterbelakangan mental.
Borek : nakal dan susah diatur.
Aku sebagai ikal : tidak mudah putus asa dan tegar.
Ayah ku/ayah ikal : baik hati dan bijaksana.
Pak K.A. Harpan Noor : baik hati, ramah dan sabar.
Ibu N.A. muslimah Hafsari : sabar, baik hati dan penyayang.
Lintang : pantang menyerah dan cerdas.
Mahar : kreatif, imajinatif dan cerdas.
Trapani : manja dan cerdas.
Kucai : hiperaktif, susah diatur dan benyak bicara
Sahara : keras kepala, cerdas dan baik hati.
A kiong : baik dan sedikit aneh.
Harun : baik tetapi agak keterbelakangan mental.
Borek : nakal dan susah diatur.
c. Alur
Novel ini memakai alur maju, karena dalam ceritanya tidak terdapat kilas balik sehingga membuat pembaca penasaran apa yang akan terjadi di kisah selanjutnya.
Novel ini memakai alur maju, karena dalam ceritanya tidak terdapat kilas balik sehingga membuat pembaca penasaran apa yang akan terjadi di kisah selanjutnya.
d. Sudut Pandang
Orang pertama tunggal sebagai tokoh utama.
Orang pertama tunggal sebagai tokoh utama.
e. Latar
Tempat : di sekolah, di bawah pohon, di gua, dan di rumah.
Suasana : menyenangkan, menyedihkan, dan menegangkan.
Kapan : siang hari, sore hari, dan malam hari.
Tempat : di sekolah, di bawah pohon, di gua, dan di rumah.
Suasana : menyenangkan, menyedihkan, dan menegangkan.
Kapan : siang hari, sore hari, dan malam hari.
Keunggulan Novel
- Dalam hal organisasi novel ini, hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain harmonis dan dapat menimbulkan rasa penasaran pembaca. Karena dalam penceritaan isi novel tidak berbelit-belit.
- Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit dan cita-cita yang gagah berani dalam kisah tokoh utama buku ini
Kelemahan Novel
Namun ada satu kelemahan penting
yang harus diwaspadai oleh para pembaca. Hal ini agar mereka tidak terpengaruh
oleh satu ide yang ada di dalamnya. Ide itu adalah ide tentang teori
kreasionisme (penciptaan). Ide teori kreasionisme (penciptaan) merupakan
kebalikan dari teori Evolusionisme. Ide itu sungguh antik karena meski demikian
minim bukti tetapi pemujanya demikian militan. mereka diamini oleh
kelompok-kelompok puritan religius yang merasa terancam oleh keberadaan teori
Evolusi.
Bahasa
Bahasa yang digunakan tetap bahasa
Indonesia tetapi tidak jarang kita jumpai bahasa daerah yang dimana tempat
kejadiannya adalah Belitung, yaitu pulau terpencil yang ada di Sumatra.
Sinopsis
Begitu banyak hal menakjubkan yang
terjadi dalam masa kecil para anggota Laskar Pelangi, sebelas orang anak Melayu
Belitong yang luar biasa ini tak menyerah waktu keadaan tak bersimpati pada
mereka. Lihatlah Lintang, seorang kuli opera cilik yang genius dan dengan
senang hati bersepeda 80 kilometer pulang pergi untuk memuaskan dahaganya akan
ilmu-ilmu. Dan juga sembilan orang Laskar Pelangi Lainnya yang begitu
bersemangat dalam menjalani hidup dan berjuang meraih cita-cita.
Selami kehidupan ironis dan haru 10
anak Belitong tersebut, indahnya petualangan dan temukan diri Anda
tertawa,menangis,dan tersentuh saat membaca tiap lembarnya.
Amanat Novel
- Janganlah menyerah, hiraukan orang yang menggangumu, teruslah berjalan jika menurutmu itu benar.
- Dari bersekolah dengan sungguh-sungguh cita-cita akan tercapai walaupun dengan usaha dan perjuangan yang sulit.
Sumber
http://andreprikitiew.wordpress.com/2011/10/25/resensi-novel-laskar-pelangi-lengkap/